Kebun Anggur Tuhan - Pemahaman Alkitab warga jemaat Gereja Kristen Jawa (GKJ) Salatiga Selatan wilayah Panar. Rabu, 14 September 2022.
Pembawa firman : Mb. Brigitta Agustina Haripriyani (Majelis GKJ Salatiga Selatan).
Pembawa acara : Bp. Giri Santosa.
Tema : Bersyukur Atas Karya Penyelamatan
Bacaan Injil : Lukas 15:1-10
1 Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. 2 Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." 3 Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: 4 "Siapakah diantara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di Padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?
5 Dan kalau ia telah menemukannya,ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, 6 dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. 7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."
8 "Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya? 9 Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersuka citalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan. 10 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat."
Melansir dari Wikipedia : Ahli Taurat atau Sofer adalah para pakar dalam hukum Taurat yang menerangkan hukum Taurat itu sendiri bagi agama Yahudi. Ahli Taurat bertugas menyusun peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan untuk setiap situasi kehidupan keagamaan Yahudi.
Apakah dimasa itu para ahli Taurat sudah benar-benar menjalankan perintah Allah dalam kehidupan mereka?
Dalam Lukas 15:1-2, menerangkan bahwa orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut ketika mengetahui ternyata Yesus mau bergaul dan makan bersama dengan pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Sehingga Yesus perlu mengatakan kepada mereka dua perumpamaan. Salah satunya tentang domba yang hilang.
Gembala yang baik tentu saja akan menjaga setiap dombanya. Jika ada salah satu yang tersesat karena kehilangan arah, pastilah ia akan segera mencarinya. Tidak perlu menunggu waktu yang lama, karena waktu sangatlah berharga. Jika terlambat akan semakin sulit ditemukan dan diselamatkan.
Ada 100 ekor domba, dan satu domba kecil hilang, sehingga tinggal 99 ekor domba yang masih ada. Kenapa satu domba itu bisa tersesat? Jawabannya bisa demikian :
- Domba itu nakal.
- Tertarik dengan sesuatu yang lain.
- Lokasinya berbukit-bukit.
- Ia domba yang sangat lemah.
Sebagai orang percaya kepada firman TUHAN. Kita termasuk golongan yang mana?
Ahli Taurat, gembala, atau domba yang hilang? Atau terkadang kita bisa menjadi semuanya dalam waktu dan situasi yang berbeda, tergantung kondisi kehidupan kita saat ini.
Gembala itu sangatlah bersukacita ketika domba yang hilang bisa ditemukan kembali. Demikian juga halnya dengan Yesus, Dia akan sangat bersukacita jika ada orang yang berdosa dan tersesat, lalu bertobat dan kembali kepada-Nya lagi.
Ahli Taurat melambangkan seseorang yang hidupnya sudah mapan dan memahami firman TUHAN, namun tidak bisa menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Mereka suka mengolok-olok, menghakimi dan merendahkan orang lain. Merasa dirinya sendiri yang paling benar.
Disisi lain, orang-orang berdosa mengakui dosa mereka dan ingin dibaharui dengan firman TUHAN. Mereka mau mendengarkan Yesus. Mereka ingin diselamatkan.
Sebagai orang percaya, kita wajib meneladani Yesus sebagai gembala yang baik. Mencari yang tersesat bisa dimulai dari lingkungan keluarga sendiri atau orang terdekat. Dan juga siap untuk menerima teguran karena kita pun bukanlah manusia yang sempurna.
Refleksi:
Sudahkah kita menjadi domba yang taat, merangkul yang tersesat, dan tidak menjadi batu sandungan bagi saudara seiman kita?
Komentar
Posting Komentar